Selasa, 07 April 2015

PERAN GENERASI MUDA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN INDONESIA KEDEPAN



Kuliah umum yang dihadiri ratusan mahasiswa STISIP tersebut, dipandu oleh Bambang Kurniawan, Wakil Ketua 1 STISIP Yuppentek Tangerang. Kuliah umum yang digelar di Aula Vidyaloka STISIP Yuppentek tersebut mengusung tema “Peran Generasi Muda dalam Menghadapi Tantangan Indonesia ke Depan”. Beliau mengatakan sangat bangga dan gembira yg luar biasa kepada Mahasiswa/i STISIP Yuppentek yang  begitu antusias mengikuti Seminar Kuliah Umum yang digelar tahun 2015 ini.

Mahasiswa STISIP Yupentek Tangerang diminta untuk terus menjaga dan mengamalkan Pancasila sebagai bagian dari upaya menghadapi proxy war. Proxy war merupakan perang dengan menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti perang secara langsung untuk menghindari resiko kehancuran fatal. Demikian diungkapkan Kolonel Kav. M Zamroni, Danrem 052/WKR, saat menjadi pembicara dalam kuliah umum, di kampus STISIP Yupentek, Selasa (7/4) malam. “Tantangan kaum muda termasuk mahasiswa STISIP adalah proxy war. Yakni perang yang mengunakan pihak ketiga yang mengancam kedaulatan NKRI,” ujar Zamroni.

Dalam makalahnya, M.Zamroni menjelaskan, untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 mendatang, peran kaum muda termasuk mahasiswa sangat signifikan. Terutama dalam menjaga kedaulatan NKRI. “Untuk itu mahasiswa harus paham atas gejala di sekitarnya, terutama gejala yang berkembang secara ekonomi dan politik secara lokal, nasional dan internasional. “Kecenderungan perang itu terjadi karena perebutan sumber energi atau perang energi. Maka dari itu, mahasiswa harus bisa menjaganya, caranya yakni dengan Pancasila.


M.Zamroni mencontohkan dampak dari proxy war, yakni lepasnya Timor Timur dari NKRI, maraknya tawuran pelajar dan tawuran mahasiswa, demo anarkis yang merusak fasilitas negara. “Ideologi Pancasila itu sangat efektif dalam menjaga mahasiswa agar tidak mudah terprovokasi oleh proxy war,” tegas Zamroni seraya berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk belajar lebih giat dan tekun untuk melanjutkan cita-cita para pahlawan dengan mengisi pembangunan dengan ilmu yang didapatnya di kampus. Dan sedikit bergurau beliau mengatakan Mahasiswa SITISIP Yuppentek dengan Almamater yang dia ibaratkan buah manggis yg memiliki merah kulitnya, putih isinya, jadi Mahasiswa harus semangat melambangkan warna merahnya, memiliki hati dan jiwa dalam dirinya yang bersih putih seperti isi buah mangis.

Kamis, 02 April 2015

PEMUDA ABAD KE 21



Pemuda Abad ke 21

Sejarah yang kita lihat, pemuda sekarang telah kehilangan nasionalismenya karena larut dalam gaya hidup global. Hedonis dan epigonistik. Melemahnya daya saing pemuda, tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan meningkatnya penderita HIV/AIDS, tawuran, tindak kriminalitas, dan premanisme. Mereka juga tidak peduli terhadap budaya bangsa dan nilai - nilai tradisi lokal. Pemuda yang mulai terkikis kecintaannya terhadap budaya bangsanya.

Pemuda kian memiliki sifat individualistis. Salah satu fenomena yang saat ini menjadi sangat populer yaitu fenomena smartphone yang kini menjadi salah satu faktor lunturnya budaya bangsa. Bahkan fenomena ini kian membuat moral pemuda terperosot. Pemuda kian tidak peduli dengan keadaan sekitarnya.

Hanya fokus pada dunia maya dari pada kehidupan sosialnya. Hal ini dikarenakan tidak bijaknya pemuda sebagai pengguna, dan sebagai sasaran globalisasi dan modernisasi.

Pemuda abad ke-21, bukan lagi dijajah secara fisik, tetapi dijajah pola pikir dan gaya hidupnya. Penjajahan yang tidak transparan merasuki kehidupan pemuda. Kita kian dicekoki dengan budaya instan, konsumerisme, dan hedonisme.

Suatu kebiasaan yang secara tidak sadar membentuk pola pikir yang menyerupai bangsa luar. Bangsa yang bebas, yang jelas berbeda dengan budaya bangsa Republik Indonesia.

Budaya instan, kaum muda baik kalangan siswa pelajar dan mahasiswa begitu merasa dimanjakan dengan segala sesuatu yang instan. Budaya instan kian menghantarkan kaum muda pada kebiasaan yang disebut dengan jalan pintas.

Proses untuk mencapai sesuatu tidak lagi dianggap sebagai pembelajaran tetapi dianggap sebagai hambatan dalam mencapai tujuan. Sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya secara instan.

Hal inilah yang akan merusak moral bangsa. Dampaknya sudah kita rasakan, akibat dari budaya instan adalah suap - menyuap, korupsi, nepostisme dan lain sebagainya. Budaya instan menanamkan paham agar semuanya dapat dilakukan dengan cara yang praktis.

Konsumerisme, suatu kebiasaan yang menumpulkan kreativitas dan produktivitas kaum pemuda. Bangga menggunakan produk luar negri dibandingkan dengan produk yang ada dalam negri. Sebagai pemuda yang memiliki kreativitas yang tinggi sebenarnya mampu memproduksi suatu barang, namun konsumerisme kian menjalar dalam pola pikir sehingga lebih menyukai mengkonsumsi daripada memproduksi.

Hedonisme, dari sekian kebudayaan asing yang mulai ditiru oleh kaum pemuda. Kebiasaan hidup yang terlalu bermegah - megahan. Memudarkan kepedulian terhadap lingkungan sosial. Permasalahan pemuda pada saat ini bukan hanya terletak pada permasalahan sosial, tetapi juga ekonomi, politik, pendidikan bahkan pemerintahan.

Pemuda abad ke 21 bukanlah pemuda yang penuh dengan corak hitam saja, namun juga memiliki kegemilangan. Globalisasi dan modernisasi memang begitu dalam menyerang pola pikir pemuda, tetapi kecintaan pemuda terhadap tanah airnya kian membiaskan semangat pemuda untuk terus membangun moral bangsanya. Disamping dihadapkan dengan pada kenyataan yang pahit, sebagian pemuda juga memiliki prestasi yang membanggakan. Sepanjang tahun 2007, sejumlah karya ilmiah para pelajar Indonesia berhasil menyabet penghargaan di berbagai kompetisi Internasional.

Sementara dibidang olahraga, terdapat kecenderungan prestasi pemuda Indonesia terus meningkat. Hal itu terlihat dari prestasi Sea Games dengan naiknya peringkat Indonesia ke posisi IV yang sebelumnya berada di posisi V.

Kendati demikian harus diakui pula beberapa aspek dalam pembinaan pemuda dihadapkan pada beberapa persoalan dan tantangan. Persoalan dan tantangan kelembagaan maupun persoalan dan tantangan secara sosial.

Pemuda Sebagai Tampuk Pimpinan Bangsa
Berangkat dari sejarah, pemuda merupakan sosok yang memiliki idealis, keberanian, penuh kreativitas, serta sebagai promotor pergerakan. Pemuda merupakan tempat bergantungnya harapan bangsa ini.

Harapan sebagai pelestari kebudayaan bangsa yang bermoral, bermartabat dan berdaulat. Pemuda sebagai tampuk pimpinan bangsa. Pemuda harus bergerak atas nama kedaulatan bangsa. Ditangan pemuda keberlangsungan dan kemandirian Bangsa ini di jewantahkan.

Kemandirian bangsa tentu saja menjadi atensi dari semua elemen bangsa khususnya pemuda sebagai pengemban masa depan bangsa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki peranan sejarah yang penting dan berkelanjutan dalam perjalanan kehidupan berbangsa. Mengingat peranan dan posisinya yang strategis dalam konfigurasi kehidupan kebangsaan, sudah sepatutnya pemuda mesti dipandang sebagai aset sosial bangsa yang strategis. Secara kuantitatif, jumlah pemuda Indonesia hampir mencapai 40 persen dari total 200-an juta penduduk Indonesia atau sekitar 80 juta jiwa.

Sedangkan secara kualitatif, pemuda pun memiliki talenta dan kapasitas yang cukup memadai untuk menjalankan tugas-tugas kepeloporan dalam pembangunan nasional, demi menuju pencapaian kemandirian bangsa. Tantangan yang harus disadari saat ini adalah budaya asing yang mengrogoti budaya dan moral bangsa. Pemuda sebagai tampuk pimpinan bangsa bertanggungjawab penuh atas hal itu.

Seperti yang dituliskan dalam buku Rekonstruksi Pemuda, pemuda memiliki semangat yang tinggi layaknya percikan api yang menyala - nyala, jika api itu dimanfaatkan dengan sebaik - baiknya maka akan memberikan ekses positif, tetapi jika api itu disalahgunakan maka akan menghanguskan benda yang berada disekitarnya.

Pembangunan moral bangsa ada dipundak para pemuda. Pengawasan terhadap pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi. Pemuda pada kalangan mahasiswa merupakan perkumpulan pemuda yang dapat bergerak dengan dinamis. Pada tingkatan ini pemuda akan lebih kritis terhadap pemerintahan.

Pemimpin yang tidak amanah, menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi sehingga menyengsarakan rakyat. Seperti kasus Ketua Mahkamah Konstitusi, penegak hukum yang terjerat kasus korupsi, Gubernur Banten yang tidak amanah, dan masih banyak lagi kasus lainnya. Terjadi dekadensi moral. Pemuda harus terbakar semangat moralnya, mencintai nilai - nilai lokal tidak terlindas oleh pengaruh budaya asing.

Kitalah generasi penerus bangsa, ditangan kita bergantung harapan dan cita - cita bangsa. Kita pewaris tampuk pimpinan bangsa nanti. Moral adalah hubungan antara kita Tuhan, sesama, dan bangsa.

Semangat membangun bangsa ini harus terkait erat dengan pembangunan moral bangsa. Bangsa yang hebat, adalah bangsa yang baik moralnya, bermartabat, dan terpandang dimata dunia.

Jika kita sebagai pemuda tidak punya kekuatan untuk membela dan membangun bangsa ini dengan perang seperti masa kolonial setidaknya bukalah mata hati kita bahwa bangsa ini merindukan pemimpin yang amanah dan bermoral.

Dimana kitalah yang akan menjadi pemimpin bangsa ini kelak. Jika tak banyak yang bisa kita lakukan, cintailah budaya bangsa. Cintailah budi pekerti yang luhur. Peduli terhadap sesama, sadar lingkungan, dan cintailah tanah air ini.

Sebagai golongan pemuda dikalangan mahasiswa, yang harus kita lakukan sebagai promotor pergerakan adalah bergerak memplopori moral bangsa ini. Jika keterpurukan moral bangsa tak bisa kita cegah dengan tangan kita, maka cegahlah dengan perkataan kita, jika juga tidak mampu mencegahnya dengan perkataan maka cegahlah dengan menggunakan hati nurani memulai pembangunan moral dari diri sendiri, setidaknya itu lebih baik dari pada kita tidak peduli dengan rusaknya moral bangsa.

JADILAH MAHASISWA YANG BERPRESTASI

Jadilah Mahasiswa yang Berprestasi, handal,cerda waras tekun jujur dan bijak, jadilah panutan untuk banyak orang jadilah motivator selanjutnya jadilah kebanggaan keluarga bangsa dan negara, jangan menanamkan di diri kita seolah hebat kuat jgan jga samaratakan keinginan kita dengan keinginan orang lain, Orasi bukan prestasi yang kalian pikir banyak orang bilang kalian hebat, dan banyak yg sepakat, bukan berarti Mahasiswa tidak orasi itu tidak hebat tidak memiliki kemampuan, salah besar, !! Mahasiswa berperan untuk melakukan perubahan-perubahan atau sebagai aspirasi atau penyaluran argumen yang bertujuan ke arah yang positif. Moral force atau kekuatan moral, dimana seorang mahasiswa harus memiliki intelektual dan moral. Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik.hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap memiliki intelek yang cukup bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah. Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila di lingkungan sekitar terjadi hal-hal yang menyimpamg dari norma yang ada, maka mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa sendiripun harus punya moral yang baik agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat dan juga harus bisa merubah ke arah yang lebih baik jika moral bangsa sudah sangat buruk, baik melalui kritik secara diplomatis ataupun aksi yang waras tetap pada dikolidor nya. Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki.